Skip to main content

keracunan metanol


BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Metanol atau dikenal dengan nama spritus merupakan jenis alkohol dengan struktur paling sederhana, tetapi paling toksik pada manusia dibanding dengan jenis alkohol lainnya. Metanol secara luas digunakan pada industri, rumah tangga, pelarut cat, anti beku dan sebagai bahan bakar.

Kasus keracunan metanol di Amerika sangat jarang ditemukan, yaitu 1% dari total kasus keracunan. Di Inggris dan Norwegia juga merupakan kasus yang sangat jarang dijumpai.  Kasus keracunan metanol yang terjadi selama bulan Juni 2009 sampai bulan Mei 2010 di RSUP Sanglah sebanyak 76 kasus atau 18% dari total kasus keracunan di RSUP Sanglah, sebanyak 39 kasus diantaranya meninggal. Selama periode 1 Juni 2009 sampai 31 Mei 2010 terdapat 76 kasus keracunan metanol. Sebanyak 39 orang meninggal, 21 orang dengan catatan medis tidak lengkap sehingga subyek penelitian berjumlah 16 orang. Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan laki-laki mempunyai proporsi lebih besar yaitu sebanyak 15 orang (94%) dengan rerata umur 28,8 Β± 8,7 tahun. Subjek mencari pertolongan pengobatan ke rumah sakit rerata 29,2 Β± 13,3 jam setelah terpapar minuman yang mengandung metanol. Tajam penglihatan subyek saat pertama kali MRS pada mata kanan 1,42 Β± 0,36 logMAR dan pada mata kanan 1,45 Β± 0,37 logMAR sedangkan rerata pH darah subyek saat pertama kali MRS adalah 7,18 Β± 0,06. Papil saraf optik subjek seluruhnya menunjukkan hiperemi saat pertama kali diperiksa. Terjadinya keracunan pada orang biasanya karena sengaja diminum, atau produk yang mengandung metanol dan beberapa laporan terjadi keracunan melalui kulit maupun pernafasan.

Sejak tahun 2009 telah ratusan korban meninggal yang dilaporkan akibat minum minuman keras oplosan, sebagai contoh di India dan Ekuador. Di Indonesia juga sering dilaporkan banyak korban yang jatuh akibat hal tersebut misal di Bali, Salatiga, $ambi, Surabaya dan berbagai tempat lainnya.

Di tahun 2010 WNA dari Rusia yang bekerja sebagai teknisi pesawat Sukhoi dilaporkan meninggal karena keracunan minuman keras oplosan. Kasus yang terjadi di Makasar tersebut terjadi pada bulan September 2010. Para teknisi Shukhoi yang dilaporkan meninggal karena keracunan methanol (spiritus) hingga tiga diantaranya tewas telah melanggar kontrak kerja sama Pemerintah Indonesia dan Rusia. Saat itu ditemukan banyak obat-obatan , tim juga menemukan dua kantol plastic yang pertama berisi minuman bercampur methanol dan yang satu lagi belum tercampur. Korban didapatkan mual, muntah dan sesak nafas.

Kejadian methanol diminum erat kaitannya dengan kemiripannya dengan ethanol, baik dalam penampilan, bau,  maupun harganya yang murah. Di samping itu orang awam tidak begitu mengetahui bahwa methanol lebih berbahaya dari pada ethanol.

B.     Tujuan

1.      Tujuan  Umum

Untuk mengetahui tentang kasus keracunan Methanol

2.      Tujuan Khusus

a.       Untuk mengetahui tentang definidi methanol

b.      Untuk mengetahui tentang definisi keracunn metanol

c.       Untuk mengetahui tentang epidemiologi methanol

d.      Untuk mengetahui tentang pathofisiologi keracunan methanol

e.       Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis keracunan methanol

f.       Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostic keracunan methanol

g.      Untuk mengetahui tentang komplikasi keracunan methanol

h.      Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan keracunan methanol



















BAB II

PEMBAHASAN






A.    Definisi

Keracunan metanol adalah keracunan akibat mengkonsumsi metanol yang dapat mengakibatkan gangguan pada papil saraf optik secara simetris, asidosis metabolik dan bahkan kematian.

Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana yang mudah menguap, terbakar, dan beracun sehingga penggunaannya tidak diperuntukan untuk di konsumsi sebagai bahan minuman.

Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi sehingga etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari Metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan nama lain yaitu metil alkohol, metal hidrat, metil karbinol, wood alkohol atau spiritus. Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan bau yang khas.

Metanol dapat menimbulkan kerusakan pada sel hepar disebabkan karena Radikal bebas, Formaldehid dan Asam format. Formaldehid meningkatkan lipid peroksidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel membran dan kematian sel. Asam format menghambat aktifitas oksidasi mitokondrial sitokrom, menghalangi metabolisme oksidatif dan mengakibatkan hipoksia jaringan.

Metanol biasa digunakan sebagai pelarut organik, merupakan jenis alkohol yang mempunyai struktur paling sederhana, tetapi sangat toksik pada manusia. Keracunan metanol mengakibatkan asidosis metabolik, komplikasi neurologis bahkan kematian.



Dalam dunia industri metanol digunakan antara lain untuk :

Tekstil sintetik

1.      Cat rumah

2.      Perekat

3.      Plastik daur ulang

4.      Busa bantal

5.      Bahan anti beku untuk radio aktif

6.      Bahan baker, dll

Metanol merupakan senyawa kimia yang sangat beracun bila dibandingkan dengan etanol. Metanol sering disalah gunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Ia digunakan sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif lebih murah juga akibat ketidak pahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kedua zat tersebut, sehingga banyak yang beranggaban bahwa sifat dan fungsi metanol adalah sama, sehingga orang yang sudah kecanduan minuman keras dan kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung membuat atau membeli minuman keras yang illegal yaitu minuman keras oplosan yang dicampur dengan metanol. Didalam tubuh metanol mudah teranbsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan Metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran(inebriation). Metanol sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat menyebabkan asidosis metabolic, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6 – 30 jam.

Dari berbagai kasus keracunan minuman keras yang terjadi pada masyarakat terlihat dari hasil pemeriksaan sisa sample ataupun otopsi mayat korban, ternyata selain etanol ditemukan metanol didalamnya dan korban dinyatakan oleh dokter mengalami keracunan metanol. Minuman keras atau yang dikenal dengan nama minuman beralkohol, bahan dasar utamanya adalah etanol yang mempunyai batas kadar yang telah ditetapkan oleh pemerintah 1% - 55 %, dan etanol yang ada dalam minuman beralkohol tersebut bukan etanol yang dibuat atau digunakan untuk industri tetapi etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi dari buah dan biji bijian misalnya anggur, gandum, beras dll., sedangkan metanol dilarang untuk digunakan atau ditambahkan dalam makanan atau minuman termasuk minuman keras. Dari informasi tersebut diatas mungkin dapat dipahami mengapa etanol merupakan bahan yang dapat digunakan untuk minuman keras sedangkan metanol dilarang padahal kedua zat tersebut diatas merupakan golongan alkohol.



B.     Epidemiologi

Kasus keracunan metanol di Amerika sangat jarang ditemukan, yaitu 1% dari total kasus keracunan. Di Inggris dan Norwegia juga merupakan kasus yang sangat jarang dijumpai.  Kasus keracunan metanol yang terjadi selama bulan Juni 2009 sampai bulan Mei 2010 di RSUP Sanglah sebanyak 76 kasus atau 18% dari total kasus keracunan di RSUP Sanglah, sebanyak 39 kasus diantaranya meninggal.

Selama periode 1 Juni 2009 sampai 31 Mei 2010 terdapat 76 kasus keracunan metanol. Sebanyak 39 orang meninggal, 21 orang dengan catatan medis tidak lengkap sehingga subyek penelitian berjumlah 16 orang. Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan laki-laki mempunyai proporsi lebih besar yaitu sebanyak 15 orang (94%) dengan rerata umur 28,8 Β± 8,7 tahun. Subjek mencari pertolongan pengobatan ke rumah sakit rerata 29,2 Β± 13,3 jam setelah terpapar minuman yang mengandung metanol. Tajam penglihatan subyek saat pertama kali MRS pada mata kanan 1,42 Β± 0,36 logMAR dan pada mata kanan 1,45 Β± 0,37 logMAR sedangkan rerata pH darah subyek saat pertama kali MRS adalah 7,18 Β± 0,06. Papil saraf optik subjek seluruhnya menunjukkan hiperemi saat pertama kali diperiksa.



C.     Patofisiologi

Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol. Methanol lebih bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. Metanol diekskresikan secara lambat di dalam tubuh dan kemudiansecara kumulatif methanol dapat bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan methanol secara cepat diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah pertama dari degradasi, methanol diubah menjadi formaldehid oleh ensim alcohol dehidrogenase. Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari formaldehid menjadi asam format olehensim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang terakumulasi dalam serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2 menit.

Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh tetrahidrofolat. Metabolism dari asam format sangat lambat sehingga dapat terakumulasi di dalam tubuh yang menimbulkan asidosis metabolic. Asam format juga menghambat respirasi seluler sehingga terjadi asidosis laktat.

Kecepatan absorbsi dari methanol tergantung dari beberapa factor, dua factor yang paling berperan adalah konsentrasi methanol dan ada tidaknya makanan dalan saluran cerna. Methanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap dibanding dengan methanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna terutama lemak dan protein akan memperlambat absorbsimethanol dalam saluran cerna. Setelah diabsorbsi, methanol didistribusi ke seluruh jaringan dancairan tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang, disini konsentrasi methanol paling rendah.Konsentrasi methanol di dalam darah mencapai maksimum kira-kira setengah sampai satu jamsetelah methanol dikonsumsi. Konsentrasi methanol di dalam otak setelah tercapai keseimbanganadalah lebih sedikit dibanding dengan konsentrasi di dalam darah.

Methanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh didalam hepar melalui proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms methanol murni. Jikadikonsumsi berlebihan, konsentrasi methanol dalam darah akan meningkat dan orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala keracunan alcohol, kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap methanol. Methanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300ml methanol murni, dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam. Keracunan methanol dapat menyebabkan gangguan pada hepar dan ginjal.

Dalam tubuh metanol akan dimetabolisme di lever oleh enzim Alkohol Dehidrogenase (DHA) menjadi formaldehide dan selanjutnya oleh enzim Formaldehide dehidrogenase (FDH) diubah menjadi asam format. Kedua hasil metabolisme tersebut merupakan zat beracun bagi tubuh terutama asam format.

Pada kasus keracunan metanol, formaldehida tidak pernah terdeteksi dalam cairan tubuh korban karena formaldehida yang terbentuk sangat cepat diubah menjadi asam format (waktu paruh 1-2 menit) dan selanjutnya diperlukan waktu yang cukup lama (kurang lebih 20 jam) oleh enzim 10-formyl tetrahydrofolate synthetase (F-THF-S) untuk mengoksidasi asam format menjadi senyawa Karbon dioksida dan air, sehingga ditemukan adanya korelasi antara konsentrasi asam format dalam cairan tubuh dengan kasus keracunan metanol. Berat ringannya gejala akibat keracunan metanol tergantung dari besarnya kadar metanol yang tertelan. Dosis toksik minimum (kadar keracunan minimal) metanol lebih kurang 100mg/kg dan dosis fatal keracunan metanol diperkirakan 20 – 240ml (20 – 150g).



D.    Manifestasi Klinis

Gejala awal keracunan metanol adalah gangguan pada tajam penglihatan. Gangguan tajam penglihatan umumnya terjadi dalam 18 sampai 24 jam setelah minum/ terpapar metanol. Dampak keracunan metanol pada setiap orang sangat bervariasi, dengan minimum lethal dose antara 300 sampai 1000 mg/kgbb. Dosis minimum yang mengakibatkan kebutaan belum diketahui, namun pernah dilaporkan kebutaan terjadi setelah minum metanol sedikitnya 4 ml (JOI, 2010)

Pada awalnya akan terjadi ganguan pada saluran cerna dengan gejala- gejala : sakit perut, mual dan munta-muntah dan selanjutnya terjadi depresi susunan syaraf pusat dan akan terlihat gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala keracunan alkohol (etanol) : sakit kepala, pusing, sakit otot, lemah, kehilangan kesadaran dan kejang-kejang ini berlangsung selama 12 – 24 jam.

Pada tahap selanjutnya jika korban tidak segera mendapat pertolongan yang tepat akan terjadi :

1.    Kerusakan syaraf optik dengan gejala-gejala : dilatasi pupil, penglihatan menjadi kabur dan akhirnya kebutaan yang permanen

2.    Metabolisme acidosis dengan gejala-gejala : mual, muntah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat, tekanan darah menurun, syok kemudian koma dan akhirnya meninggal



Keracunan metanol terjadi tidak hanya melalui mulut, dapat juga terjadi bila :

1.      Terhirup / inhalasi dengan gejala-gejala : iritasi selaput lendir, sakit kepala, telinga berdengung, pusing, sukar tidur, bola mata bergerak bolak balik, pelebaran bola mata / dilatasi pupil, penglihatan kabur, mual, muntah, kolik dan sulit buang air besar.

2.      Terkena kulit menyebabkan kulit menjadi kering, gatal-gatal dan iritasi

3.      Terkena mata dapat menyebabkan iritasi dan gangguan penglihatan



E.     Pemeriksaan Diagnostik

1.      Pemeriksaan Lap

Pemeriksaan lab pada ginjal didapatkan rendahnya kadar bikarbonat serum karena terjadiasidosis metabolic. Peningkatan anion gap disebabkan karena peningkatan kadar laktat danketon, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena akumulasi asam format. Dapat juga terjadi peningkatan osmolar gap, hal ini bukan merupakan temuan yang spesifik karena menunjukkan adanya suatu larutan dengan berat molekul rendah seperti etanol, alcohol lain, mannitol, glisin, lemak atau protein. Diagnosis definitive dari keracunan methanol dapat dilihat dari peningkatan kadar methanol serum yang dapat diukur dengan gas chromathography namun hal ini tidak  berkorelasi dengan tingkat keracunan dan merupakan indicator yang baik untuk prognosis.

2.      CT scan

CT scan dapat menunjukkan perubahan karakteristik dari nekrosis putamen bilateral dengan derajat pendarahan yang bervariasi. Namun lebih sering hasil CT Scan normal.

3.      Imaging

MRI adalah metode imaging yang lebih sensitive dalam mendiagnosa keracunan methanol. Pada keracunan methanol yang baru berlangsung selama empat minggu, MRI telah dapat menunjukkan adanya perubahan pada putamen dan juga lesi yang berwarna putih pada lobus frontal atau oksipital. MRI dapat digunakan untuk membedakan keracunan methanol dengan kondisi lain seperti hipoglikemik dan keracunan karbonmonoksida.

Temuan patologis paling karakteristik setelah keracunan methanol adalah adanya daerah nekrosis pada putaran, dimana juga terdapat pendarahan dengan derajad yang bervariasi. Gambaran ini bisa terlihat pada pasien yang bertahan setelah 24 jam, nekrosis juga dapat terlihat pada substansia alba pada pasien yang bertahan lebih dari beberapa hari.



F.      Komplikasi

1.      Kejang

2.      Syok

3.      Koma

4.      Henti nafas

5.      Henti jantung



G.    Penatalaksanaan

Tindakan yang dapat dilakukan apabila terjadi keracunan methanol yaitu

1.      Bila tertelan segera hubungi dokter terdekat dan jangan dirangsang untuk muntah, jika tidak sadar jangan diberi minuman, jika pasien muntah letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan, jika korban tidak sadar miringkan kepala korban kesatu sisi, sebelah kiri atau kanan dan segera bawa ke dokter.






2.      Bila Terhirup

Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Terhirup serius:

Segera pindahkan korban ke tempat yang lebih aman. Longgarkan pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat pinggang. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Jika tidak bernapas, resusitasi dari mulut ke mulut. Namun perlu diperhatikan kemungkinan bahaya dilakukannya pertolongan resusitasi dari mulut ke mulut jika korban menghirup bahan yang beracun, menginfeksi, atau korosif. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.


3.      Bila terkena mata, cuci mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata dikedip-kedipkan sampai dipastikan terbebas dari metanol dan segera periksakan kedokter.

4.      Bila terkena kulit, segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air mengalir yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Beri emollient pada bagian kulit yang teriritasi. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau kesehatan terdekat.

Kontak kulit serius:

Cuci kulit menggunakan sabun desinfektan dan beri krim antibakteri pada bagian kulit yang terkena bahan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat




5.      Penatalaksanaan keracunan metanol dengan hemodialisis dan metilprednisolon 1000 mg/hr selama 3 hari berturut-turut dan dilanjutkan dengan prednison 1 mg/kgbb/ hari selama 11 hari selanjutnya dosis diturunkan sesuai kondisi klinis. Tujuan hemodialisis adalah menghilangkan kadar metanol dari tubuh penderita dan untuk mengeliminasi asam format. Hemodialisis dilakukan bila kadar methanol dalam darah lebih dari 50 mg/dL atau bila pH darah kurang dari 7,35. Pemberian metilprednisolon dan prednisone bertujuan untuk mengurangi edema papil saraf optik yang terjadi pada fase akut sehingga diharapkan mencegah terjadinya kebutaan.























ASUHAN KEPERAWATAN





A.    Pengkajian

Pengkajin difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, keadaan status jantung dan kesadaran dari penderita.

Riwayat Kesehatan seperti; riwayat keracunan, jenis racunyang telah digunakan oleh penderita, sudah berapa lama waktu kercunan terjadi dan masalah lain yang menjadi pencitus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

Tahapan kegiatan meliputi:

1.      Airway: mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal

2.      Breathing: mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agak pasien dapat bernafas secara adekuat

3.      Circulation: mengecek system sirkulasi disertai dengan control pendarahan

4.      Disability: mengecek status neurulogis

5.      Exposure: environmental, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia

Survey primer bertujuan untuk mengethui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Tetapi dalam prkteknya dilakukan secara bersamaan  dalam tempo waktu yang singkat ( kurang dari 10 detik)  Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan. Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan pertolongan.

Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).



B.     Diagnostik Yang Mungkin Muncul

1.      Ketidakefektifan pola nafas berhubugan dengan distress pernapasan

2.      Resiko kekurngan volume cairan

3.      Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi system saraf pusat

4.      Resiko ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatnya intake nutrisi, ketidak inginan untuk makan: mual, muntah

5.      Ansietas berhubugan dengan ketidakefektifan koping individu



C.     Rencana Keperawatan



No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
NIC
ketidakefektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
Tujuan: Mempertahankan  pola napas tetap efektif
a.       Observasi tanda-tanda vital.
b.      Berikan O2 sesuai anjuran dokter
c.       Jika pernafasan depresi berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
d.      Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual
Resiko kekurangan volume cairan tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 kekurangan volume cairan pasien dapt teratasi dengan
Kriteria Hasil:
ΓΌ Tekanan darah, suhu tubuh dalam batas normal.
ΓΌ Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
a.    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b.   Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik). Jika diperlukan
c.    Monitor vital sign
d.   Monitor status nutrisi
e.    Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
f.    Kolaborasikan  pemberian cairan IV
g.   Kolaborasi dengan dokter
Penurunan kesadaran  berhubungan dengan depresi sistem saraf  pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat  mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
a.       Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran
b.      Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
c.       Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru.
d.      Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e.       Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun
Resiko ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatnya intake nutrisi, ketidak inginan untuk makan: mual, muntah
Setelah dilakukan  tindakan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi terpenuhi dengan Kriteria Hasil:
1.Pasien dapat mempertahankan status nutsisi yang adekuat
a.       Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, BB, dan derajat penurunan BB, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual muntah dan diare
b.      Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam program kegiatan/latihan
c.       Kolaborasi dengan ahli diet  untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
d.      Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang
Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x30 menit kecemasan pasien dapat teratasi dengan
Kriteria hasil:
ΓΌ Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Vital sign dalam keadaan normal
a.       Gunakan pendekatan yang menenangkan
b.      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c.       Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d.      Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e.       Dengarkan dengan penuh perhatian
f.       Identifikasi tingkat kecemasan
g.      Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
h.      Berikan obat untuk mengurangi kecemasan















DAFTAR PUSTAKA



Jurnal Oftalmologi Indonesia (JOI), Vol. 7. No. 4 Desember 2010: 129-132

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 6, No. 1, hal. 21-27, 2007: ISSN 1412-5064

https://www.scribd.com/doc/25784845/Keracunan-Methanol


Comments

Popular posts from this blog

atresia ani

ATRESIA ANI A.       PENGERTIAN 1.         Atresia ani, disebut juga anus imperforata merupakan suatu kelainan malformasi kongenital dimana terjadi ketidaklengkapan perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus (Hidayat, 2008). 2.         Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998). 3.         Malformasi anorektal atau sering disebut juga dengan anus imperforata adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai lubang luar (Wong, 1996). 4.         Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). 5.         Atresia ani merupakan kel...

keracunan obat-obatan dan asuhan keperawatan

KERACUNAN OBAT ASETAMINOFEN A. Definisi Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Obat adalah sedian atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005). Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin ter...

makalah gadar pneumothorakh

A.     LATAR BELAKANG Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-paru   sebenarnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan . Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik.Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder.Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenic . Insidensi pneumotora...