Skip to main content

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN SISTEM I KRISIS HIPERTENSI DAN GANGGUAN KONDUKSI JANTUNG


BAB I

PEMBAHASAN KRISIS HIPERTENSI



  1. Defenisi

Secara praktis klinis, krisis hipertensi di klasifikasikan berdasarkan prioritas pengobatan, sebagai berikut:

1.      Hipertensi darurat (emergency hypertension) yaitu kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik  ≥180 mmHg dan diastolik ≥120 mmHg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera dalam hitungan menit sampai jam agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.

2.      Hipertensi mendesak (urgency hypertension) yaitu TD sistolik ≥ 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan atau komplikasi minimum dari organ sasaran. Tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral.

(Rampengan, 2007)



  1. Anatomi Fisiologi

Description: G:\600px-Diagram_of_the_human_heart_(cropped).svg.png

Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:

1.      Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru.

2.      Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium.

Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagaipelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa. Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan;

1.      Epikardium atau pericardium, merupakan lapisan yang paling luar dari dinding jantung

2.      Miokardium, merupakan lapisan tengah yang berotot dan paling tebal

3.      Endokardium, merupakan lapisan yang paling dalam yang langsung berhubungan dengan ruang-ruag jantung.

Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu:

1.      Atrium

a)      Atrium kanan, berfungsi sebagai penampung darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh

b)      Atrium kiri, berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru. Kedua katup atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.

2.      Ventrikel

a)      Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

b)      Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta.







Jantung terdiri dari empat katup, antara lain:

1.      Katup atrioventrikuler, terletak antara atrium dan ventrikel, yaitu:

a)      Katup tricuspid, mempunyai 3 buah daun katup yang terletak antara atrium kanan dan ventikel kanan.

b)      Katup bicuspid atau katup mitral, mempunyai 2 buah daun katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.

2.      Katup semilunar

a)      Katup pulmonal, terletak pada arteri pulmonalis

b)      Katup aorta, terletak pada antara ventrikel kiri dan aorta.

Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang bisa menghantarkan aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

1.      Otomatisasi : Kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.

2.      Irama : kemempuan untuk membentuk impuls yang teratur.

3.      Konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.

4.      Rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.

(Syaifuddin, 2012)



  1. Manifestasi Klinis

Manifestasi hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ target yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda pada setiap pasien. Pada pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda neurologi fokal berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi ensefalopati didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal.

Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien yang lain manifestasi kardiovaskuler bisa saja muncul lebih dominan seperti angina, akut miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal ginjal akut dengan oliguria dan atau hematuria bisa saja terjadi.



Tanda dan gejala umum adalah :

1.      Sakit kepala hebat

2.      Nyeri dada

3.      Pingsan

4.      Tachikardia (peningkatan nadi) > 100/menit

5.      Tachipnoe (peningkatan respirasi) > 20/menit

6.      Muka pucat

7.      Kenaikan TD secara tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering).

(Pearce, 2009)



  1. Etiologi

Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun, faktor penyebab krisis hipertensi (hipertensi emergency dan hipertensi urgensi) masih belum diketahui. Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.

(Pearce, 2009)



  1. Penatalaksanaan

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari kondisi pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit ( ICU ) dan diberi salah satu dariobat anti hipertensi intravena ( IV ). Jenis-jenis obat krisis hipertensi yaitu :

1.      Nitroglycerini merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2–5 menit, duration of action 3–5 menit.  Dosis 5–100 ug/menit secara IV.  Efek samping yaitu sakit kepala, mual, muntah, dan hipotensi.

2.      Diazolxide merupakan vasodilator arteri direct yang kuat diberikan secara IV bolus. Onset of action 1–2 menit, efek puncak pada 3–5 menit, duration of action 4–12 jam.  Dosis permulaan 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25–75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.  Efek samping yaitu hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia,dan aritmia.

3.      Phentolamine termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketokholamin.  Dosis 5–20 mg secari.IV bolus atau IM.  Onset of action 11–2 menit, duration of action 3–10 menit.

4.      Trimethaphancamsylate termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi system simpatis dan parasimpatis.  Dosis 1–4 mg/menit secara infuse IV. Onset of action 1–5 menit.  Duration of action 10 menit.  Efek samping yaitu opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, dan mulut kering.

5.      Labetalol termasuk golongan beta dan alpha blocking agent.  Dosis 20–80 mg secara IV bolus setiap 10 menit 2 mg/menit secara infuse IV.  Onset of action 5–10 menit.  Efek samping yaitu hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, dan bradikardi.  Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping yaitu hipotensi, respons unpredictable dankomplikasi lebih sering dijumpai.

6.      Clonidine termasuk golongan alpha agonist sentral.  Dosis : 0,15 mg IV dalam 10 cc dekstrose 5% atau IM 150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.  Onset of action 5–10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.  Efek samping yaitu rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, dan rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.

(Dewi dan Familia, 2010).

  1. Patofisiologi

Description: pathway-hipertensi.jpg

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTENSI



  1. Pengkajian dengan ABCD

1.      Airway :

a)      Kaji kepatenan jalan napas

b)      Berikan alat bantu napas jika perlu guedel atau nasopharyngeal

c)      Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU

2.      Breathing

a)      Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter untuk mempertahankan saturasi >92%, Kaji jumlah pernapasan dan Auskultasi pernapasan

b)      Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask

c)      Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation

d)     Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2

3.      Circulation

a)      Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop, Kaji peningkatan JVP, Monitoring tekanan darah

b)      Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan : Sinus tachikardi, Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3, right bundle branch block (RBBB), right axis deviation (RAD)

c)      Lakukan IV akses dekstrose 5%, Lakukan pemeriksaan darah lengkap

d)     Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid

4.      Disability

Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU (Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU)

5.      Exposure

a)      Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP. (Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya)

b)      Dilakukan pemeriksaan tekanan darah (posisi berbaring dan berdiri), mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, altadiseksi). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta ataupun penyakit lain seperti penyakit jantung koroner.



  1. Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

2.      Perfusi jaringan kardio pulmonal tidak efektif berhubungan dengan  gangguan transport oksigen.

3.      Kelelahan berhubungan dengan status penyakit









  1. Rencana Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan dan Data Penunjang
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi


NOC: Respiratory Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x3 jam. Gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria :
-          Mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
-          Tanda vital dalam rentang normal dengan hasil :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 60x/menit
RR = 20x/menit
Suhu = 36,5-37,5° C
-          AGD dalam batas normal
NIC : Ventilation
-          Monitor pola nafas, TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
-          Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
-          Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan seperti O2, Suction, Inhalasi
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
2. Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif berhubungan dengan  gangguan transport oksigen
NOC : Circulation status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ketidakefektifan perfusi jaringan kardiopulmonal teratasi dengan kriteria hasil:
-          Nadi perifer kuat dan simetris
-          Bunyi jantung abnormal tidak ada
-          Nyeri dada tidak ada
-          Tanda vital dalam rentang normal dengan hasil :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 60x/menit
RR = 20x/menit
NIC : Evectifitas Circulation
-          Observasi perubahan ECG
-          Auskultasi suara jantung dan paru
-          Instruksikan pada pasien untuk tidak mengejan selama BAB
-          Kolaborasi dalam pemberian obat anti koagulan
3. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
NOC :  Status Energy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x3 jam kelelahan pasien teratasi dengan kriteria hasil:
-          Kemampuan aktivitas adekuat
-          Keseimbangan aktivitas dan istirahat
-          Mempertahankan kemampuan untuk konsentrasi

NIC : Energy Management
-          Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas Monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
-          Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan
-          Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
-          Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake makanan tinggi energi



D.    Evaluasi

1.      Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

2.      Tanda vital dalam rentang normal dengan hasil TD = 110/80 mmHg,

Nadi = 60x/menit, RR = 20x/menit, Suhu = 36,5-37,5° C

3.      Nadi perifer kuat dan simetris

4.      Bunyi jantung abnormal tidak ada

5.      Nyeri dada tidak ada

6.      Kemampuan aktivitas adekuat

7.      Keseimbangan aktivitas dan istirahat





















BAB III

PEMBAHASAN DISRITMIA



  1. Definisi

Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia merupakan gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung. Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisa gelombang EKG.

Misalnya, disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia. Ada empat kemungkinan tempat asal disritmia : nodus sinus, atrial, nodus AV atau sambungan, dan ventrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin yang dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung.

(Arif, Mansjoer 2000)



B.     Anatomi Fisiologi

Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang bisa menghantarkan aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

1.      Otomatisasi : Kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.

2.      Irama : kemempuan untuk membentuk impuls yang teratur.

3.      Konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.

4.      Rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.

Sistem konduksi jantung terdiri dari :

a)      SA Node (Nodus Sino-Atrial)

Terletak diantara batas vena cava superiordan atrium kanan, dan disebut sebagai pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan aliran listrik/impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara otomatis. Pada keadaan noemal SA Node dapart mengeluarkan impuls 60-100 kali/menit.



b)      Traktur Internodal

Berfungsi menghantarkan impuls dari nodus SA ke nodus AV, traktus intermodal terdiri dari: Anterior tract, middle tract, posterior tract.

c)      Brachman Bundle

Menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri.

d)     AV Node (Nodus Atrio-Ventrikuler)

Terletak didalam dinding septum atrium sebelah kanan, tepat diatas katup tricuspid dekat muara sinus koronarius. Av Node berfungsi untuk menahan impuls jantung selama 0,08 – 0,12 detik untuk memungkinkan pengisian ventrikel selama atrium berkontraksi, selain itu AV node berfungsi mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel. AV node dapat mengeluarkan impuls 40-60 kali/menit.

e)      Bundle of HIS

Berfungsi menghantarkan impuls dari nodus AV ke system Branch Bundle.

f)       System Bundle Branch

Merupakan lanjutan dari “bundle of HIS” yang bercabang menjadi dua yaitu : Right bundle branch (RBB/cabang kanan) : mengirim impuls ke otot jantung ventrikel kanan. Dan Left bundle branch (LBB/cabang kiri) yang terbagi menjadi dua: Deviasi ke belakang (left posterior vesicle),menghantarkan impuls ke endokard ventrikel kiri bagian posterior dan inferior. Dan Deviasi ke depan (left anterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokard ventrikel kiri bagian anterior dan superior.

g)      Serabut purkinye

h)      Merupakan bagian ujung dari bundle branch, yang berfungsi mengahtarkan impuls menuju lapisan subenokard pada kedua ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti oleh kontraksi ventrikel. Sel-sel pacemaker di subenokard ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 20-40 kali/menit.

(Pearce, 2009)









C.    Manifestasi Klinis

1.      Perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema ; keluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat.

2.      Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

3.      Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti angina, gelisah.

4.      Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru ) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

5.      Demam; kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, edema (trombosis siferfisial) ; kehilangan tonus otot/kekuatan.

(Rampengan SH. 2007)

D.    Etiologi

1.      Peradangan jantung, misalnya demam rematik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)

2.      Gangguan sirkulasi koroner (arterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

3.      Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.

4.      Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

5.      Gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.

6.      Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

7.      Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

8.      Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.

9.      Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

Penyebab dari disritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :

1.      Irama abnormal dari pacu jantung.

2.      Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.

3.      Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu menghantarkan impuls melalui jantung.

4.      Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.

5.      Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung.

 (Udjianti Wajan Juni, 2010)

E.     Penatalaksaan

1.      Masase Kritis

2.      Obat anti aritmia

3.      Pemasangan pacu jantung sementara

4.      Penanganan menggunakan alat kejut listrik

5.      Pengobatan bagi pasien yang mengidap disritmia yang tidak berbahaya, untuk menjamin agar tidak berbahaya dengan pengobatan yang cukup. Kadangkala disritmia berkurang terjadinya atau bahkan berhenti ketika dokter mengganti obat pasien atau mengatur ulang dosisnya. Menghindari alkohol, kafein, atau merokok juga membantu. Menghindari olahraga keras jika debaran terjadi hanya sewaktu berolah raga.

6.      Obat

Nama Generik Obat
Efek Samping
Keterangan
Penghambat Saluran Sodium
Disopyramide
Flecainide
Lidocaine
Mexiletine
Moricizine
Phenytoin
Procainamide
PropafenoneQuinidine
Tocainide
Disritmia(dapat menjadi fatal terutama bagi penderita gangguan jantung) Gangguan pencernaan, pusing/pening, tremor/gemetaran, retensi urin,peningkatan tekanan intraokuler pada orang yang memiliki glaukoma mulut kering.
Obat ini memperlambat konduksi impuls listrik melalui jantung.Obat ini digunakan untuk mengobati Denyut ventrikel prematur,takikardia ventrikular,dan fibrilasi ventrikel dan fibrilasi atrium untuk mengkonversi atau debar atrium ke ritme yang normal(kardioversi)
Beta Bloker
Atenolol
Bisoprolol
Metoprolol
Nadolol
Denyut jantung abnormal yang lambat(bradikardi)Gagal jantung,Kejang saluran udara(Bronkspasme)Menjadikan kadar gula darah rendah,Gangguan sirkulasi di paha, lengan dan kaki,Insomnia,Sesak napas,Depresi,Fenomena Raynaud,dan kelelahan
Obat ini digunakan untuk mengobati detal ventrikel prematur,takikardia ventrikel,fibrilasi ventrikel,dan takikardia supraventrikularparoksismal.Mereka juga digunakan untuk memperlambat laju ventrikel pada orang dengan fibrilasi atrium atau debar atrium,Orang yang mengidap asma seharusnya tidak menggunakan obat ini.
Penghambat potasium
Amiodarone
Bretylium
Ibutilide
Sotalol
Disritmia,tekanan darah rendah(semua untuk amidone)jaringan parut pada paru-paru(fibrosis paru).Untuk satolol sama dengan efek samping betabloker
Obat ini digunakan untuk mengobati detak ventrikel prematur, takikardi ventrikel,fibrilasi ventrikel,fibrilasi atrium,dan debar atrium,karena Amidarone dapat menjadi racun,digunakan jangka panjang hanya pada orang yang memiliki disritmia serius atau sangat mengganggu.Bretylium hanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek takikardi ventrikel yang mengancam jiwa.









F.     Patofisiologi

Description: Screenshot_2016-09-07-23-08-52.png

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN DISRITMIA



  1. Pengkajian

1.      Airway

a)      Apakah adapeningkatan sekret ?

b)      Adakah suara nafas  krekels ?

2.      Breathing

a)      Adakah distres pernafasan ?

b)      Adakah hipoksemia berat ?

c)      Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesaknafas ?

d)     Apakah adabunyi whezing ?

3.      Circulation

a)      Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?

b)      Apakah ada takikardi ?

c)      Apakah terjadi penurunan TD ?



  1. Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

2.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum





  1. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan dan Data Penunjang
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
1.     Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
NOC : Pain Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x3 jam nyeri berkurang dengan kriteria:
-          Melaporkan bahwa nyeri berkurang dari skala 6 menjadi skala 3
-          Mampu mengontrol nyeri dengan teknik nafas dalam sesuai prosedur yang di ajarkan petugas kesehatan
-          Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-          Tanda vital dalam rentang normal dengan hasil :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 60x/menit
RR = 20x/menit
Suhu = 36,5-37,5° C
NIC : Pain Managemen
-          Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-          Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-          Ajarkan tentang teknik non farmakologi yaitu teknik nafas dalam
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
2.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung.
NOC :
Cardiac Pump Effectiveness
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x3 jam penurunan  curah jantung teratasi dengan kriteria :
-          Tidak ada penurunan kesadaran
-          AGD dalam batas normal
-          Tanda vital dalam rentang normal dengan hasil :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 60x/menit
RR = 20x/menit
Suhu = 36,5-37,5° C
NIC : Cardiac Care
-          Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
-          Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
-          Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
3.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
NOC : Self Care  ADLs
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x3 jam intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria :
-          Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC : ADLs Adekuat
-          Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
-          Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
-          Informasikan kepada pasien dan keluarga jenis aktifitas yang dapat di lakukan
-          Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.



D.    Evaluasi

1.      Nyeri berkurang dari skala berat menjadi skala nol

2.      Mampu mengontrol nyeri dengan teknik nafas dalam sesuai prosedur yang di ajarkan petugas kesehatan

3.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

4.      Tidak ada penurunan kesadaran

5.      AGD dalam batas normal





















DAFTAR PUSTAKA



1.      Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapins.

2.      Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC

3.      Pearce, Evelyn. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

4.      Price. S.A.1995. Patofisiologi, Edisi Kedua. Jakarta : EGC

5.      Rampengan SH. 2007. Krisis Hipertensi, Hipertensi Emergency, dan Hipertensi Urgency.Vol. 3. No. 4. Jakarta : EGC

6.      Syarifudin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Salemba Medika

7.      Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika


Comments

Popular posts from this blog

atresia ani

ATRESIA ANI A.       PENGERTIAN 1.         Atresia ani, disebut juga anus imperforata merupakan suatu kelainan malformasi kongenital dimana terjadi ketidaklengkapan perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus (Hidayat, 2008). 2.         Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara congenital (Dorland, 1998). 3.         Malformasi anorektal atau sering disebut juga dengan anus imperforata adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai lubang luar (Wong, 1996). 4.         Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). 5.         Atresia ani merupakan kel...

keracunan obat-obatan dan asuhan keperawatan

KERACUNAN OBAT ASETAMINOFEN A. Definisi Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Obat adalah sedian atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005). Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang. Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin ter...

makalah gadar pneumothorakh

A.     LATAR BELAKANG Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-paru   sebenarnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan . Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik.Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder.Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenic . Insidensi pneumotora...